PBB Ungkap Makin Pesatnya Budidaya Opium di Myanmar sejak Junta Berkuasa

- Jumat, 27 Januari 2023 | 07:59 WIB
Budidaya Opium meningkat pesat di Myanmar setelah junta militer berkuasa. (Pixabay/domeckopol)
Budidaya Opium meningkat pesat di Myanmar setelah junta militer berkuasa. (Pixabay/domeckopol)

PERBARUI.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan semakin pesatnya budidaya opium di Myanmar sejak junta militer berkuasa di negara tersebut.

Terlihat dalam laporan terbarunya berjudul 'Myanmar opium Survey 2022: Cultivation, Production and Implications' menjelaskan budidaya opium meningkat 33 persen sejak militer berkuasa di Myanmar.

"Musim tanam penuh pertama sejak pengambilalihan oleh militer menunjukan peningkatan 33 persen di area budidaya menjadi 40.100 hektare dan peningkatan potensi hasil sebesar 88 persen menjadi 790 metrik ton," demikian dalam laporan tersebut dikutip dari Antara.

Baca Juga: Mengenal Jenis-jenis Hukum Berdasarkan Kriteria Waktunya

Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) menjelaskan budidaya dan hasil tahun 2022 mengonfirmasi ekspansi yang signifikan sedang berlangsung dari ekonomi opium di Myanmar.

"Gangguan ekonomi, keamanan, dan tata kelola yang menyusul pengambilalihan militer pada Februar 2021 telah saling bertumpuk, dan petani di daerah terpencil yang rawan konflik di Shan utara di negara bagian perbatasan hanya memiliki sedikit pilihan selain kembali ke opium," kata perwakilan Regional UNODC Jeremy Douglas, dikutip dari Antara.

Selain itu, dalam laporan tersebut juga menyebutkan peningkatan yang signifikan dilaporkan di Negara Bagian Shan dengan tingkat budidaya meningkat 39 persen.

Diikuti oleh Negara Bagian Chin dan Kayah 14 persen dan 11 persen, lalu budidaya di Kachin meningkat 3 persen.

Baca Juga: Tekuk Borneo FC 1-0, Persib Tuntaskan Misi Balas Dendam

"Estimasi rata-rata hasil opium juga meningkat sebesar 41 persen menjadi 19,8 kg/ha - nilai tertinggi sejak UNODC mulai menghitungnya pada tahun 2002 - menunjukkan praktik pertanian yang semakin canggih dan ketersediaan pupuk," ungkap UNODC dalam laporannya.

Tak hanya itu, harga yang diterima petani pun meningkat sebesar 69 persen selama tahun lalu menjadi sekitar 280 dolar AS atau sekitar Rp4,2 juta per Kilogram.

"Pertumbuhan yang kita saksikan dalam bisnis narkoba berhubungan langsung dengan krisis yang dihadapi negara ini," kata Douglas.

Baca Juga: 9 Pendaki Hilang di Gunung Gede-Pangrango, Tim SAR Lakukan Pencarian

"Dampaknya di kawasan ini sangat besar, dan negara tetangga perlu menilai dan secara terbuka menangani situasi tersebut, dan mereka perlu mempertimbangkan beberapa pilihan sulit," lanjutnya.***

 

Halaman:

Editor: Ali Ruhiyat

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ukraina Akan Lakukan Serangan Balasan ke Rusia

Jumat, 24 Maret 2023 | 12:35 WIB

Jet Rusia Tabrak Drone AS di Atas Laut Hitam

Kamis, 16 Maret 2023 | 22:30 WIB

Rudal Rusia Hantam Fasilitas Jaringan Listrik Ukraina

Sabtu, 11 Februari 2023 | 15:41 WIB
X