Oleh: Rifki Andrehansyah
(Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum UIN Bandung)
PERBARUI.COM - Baru-baru ini sempat ramai video animasi yang dibuat olah kawan-kawan BEM UI terkait merespon disahkan nya Perppu cipta kerja menjadi UU oleh DPR RI.
Menurut saya BEM UI sebagai kelompok organisasi yang berbasis dengan keilmuan pasti sudah melakuan riset dan kajian mendalam sebelum mempublikasi video itu.
Justru yang saya tidak habis fikir seorang staf khusus Menteri Sekretaris Negara yang bernama Faldo Maldini yang kebetulan kalau saya tidak salah dia pernah juga menjadi Ketua BEM UI mengeluarkan argumentasi yang tanpa dasar.
Dia menyebut bahwa gerakan yang dibuat oleh BEM UI sama seperti Gerakan LSM Yang di danai asing. Tentu saya bertanya seorang politisi muda yang memiliki karir cukup baik kenapa bisa mengeluarkan argumentasi konyol seperti ini.
Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan, maksud bung faldo terhadap LSM yang di danai asing itu LSM yang seperti apa ? atau mungkin bung faldo beranggapan kalo hampir semua LSM itu di danai oleh asing ?
Juga saya ingin bertanya apa dasar dari argumentasi bung Faldo sehinga bisa menyimpulkan bahwa gerakan kawan-kawan BEM UI sama seperti LSM yang didanai asing apa pembutian yang bisa diberikan kepada publik?
Tentu sebagai orang yang juga pernah merasakan dinamika organisasi di kampus saya kecewa dengan bung Faldo yang memberikan argumentasi tanpa dasar tersebut.
Seharusnya bung Faldo bergembira melihat kawan-kawan mahasiswa yang ada di kampus masih memiliki nalar kritis yang tajam. Saya masih sangat yakin 100% bahwa gerakan yang dilakukan oleh Kawan-kawan BEM UI adalah gerakan yang organik dengan dasar keilmuan.
Terbukti samapai tulisan ini saya tulis hampir seluruh BEM se-Indonesia terpantik untuk membuat gerakan yang sama seperti BEM UI saya berharap BEM UI dan kawan-kawan mahasiwa yang lain menjadikan argumentasi konyol bung Faldo tersebut sebagai bahan lawakan saja karna ini semakin memperjelas kalo lingkaran kekuasaan itu sangat anti dengan kritik.
Seharusnya bung Faldo betul-betul paham konsekuensi dasar dari sistem demokrasi yang kita anut adalah perbedaan dan kritik.
Jadi bung faldo karna sedang berada di lingkaran kekuasaan harus menganggap kritik dan perbedaan itu sebagai hal yang biasa-biasa saja.
Tentu sebagai penutup saya berharap kita kembali membiasakan budaya dialektika, saya meminta BEM UI agar mengajak bung Faldo untuk berdebat secara terbuka untuk membuktikan siapa yang keliru atau kalo misalnya ada ruang yang bisa mempertemukan saya dengan bung Faldo saya siap untuk berdebat dengan bung Faldo Maldini.***